Kamis, 16 Juni 2011

Permainan Ranjang Ariel dan Maya

Pesta bola sedang semarak di pertengahan musim piala dunia Afrika Selatan 2010. Ada serba-serbi warna dalam seribu penampilan dan aksi para bintang sepak bola. Bilang saja Ronaldo yang terkenal sebagai pemain paling berbakat lantas dihargai dengan nilai beli paling mahal. Ia adalah sosok bintang yang bercahaya sangat benderang. Perhatian banyak bola maniak tertuju padanya. Ada kerinduan untuk menyaksikan aksi dan gayanya. Berjuta mata ingin menyaksikan demonstrasi penuh tantangan namun mengasyikan. Ronaldo…………..gol……..! begitulah mungkin teriakan-teriakan para suporter memberi semangat bintangnya yang kian menggila dalam permainan lapangan bakatnya. Aksi-aksi individu yang penuh sensasi dari seorang Ronaldo yang nyaris sempurna. Tendangan-tendangan penuh hasrat. Goyangan yang kian mengecohkan serta tembakan yang selalu tepat ke mulut gawang. Pekikan tentunya kian membahana. Suporter penuh semangat. Di depan jantung pertahanan, keputusan tepat melesatkan tendangan ke sarang penjaga gawang. Melaju cepat dan benar-benar meruntuhkan pertahanan penjaga gawang. Sungguh permainan yang mengasyikan. Naluri gol Ronaldo  memuncak sampai ketika bola mejebolkan gawang dan bahkan merobekan jaring. Ronaldo memekik tertahan penuh kepuasan.  Penjaga gawang terkapar dalam kepasrahan pada rumput-rumput layu dan penonton pun larut dalam kenikmatan permainan. Sekali lagi, permainan yang mengasyikan , penuh daya estetis dalam setiap gerakan sehingga yang memancing perhatian, bukan sekedar bola sudah berada di dalam gawang namun setiap proses sampai membuahkan gol.
Seirama musim bola penuh keindahan oleh semarak penuh antusiasme dari para suporter di lapangan bakat, perhatian ribuan mata juga tak lepas dari kontoversi permainan Ariel dan Luna Maya. Mereka berada pada pojok tuduhan yang menyakitkan pada hal pada pojok itu pula, yakni pojok kamar di atas segi empat ranjang hasrat, mereka menampilkan indahnya sebuah permainan.  saya hanya mencoba memandang dari sebuah imajinasi tentang hingar-bingar gosip seputar Ariel dan Luna Maya. Permainan imbang dari Ariel dan luna yang tak pernah  dinilai oleh hitungan score namun lebih menampilkan keindahan sebuah aksi. Bukan ambisi dan   nafsu saling menaklukan tetapi dorongan untuk menciptakan kenikmatan melalui estetika aksi dalam permainan. bisa dibayangkan bahwa Luna bagai penjaga gawang menanti penuh kelembutan. Ariel mendekat dalam aksi dan gaya bagai Ronaldo mengutak-atik bola. Tak ada keinginaan untuk saling menjegal. Ini merupakan romantisme sebuah permainan. perlahan bibir indah Maya memagut manja saat serangan-serangan Ariel berada di depan gawang. Luna menggigit bibir saat bola mengetarkan gawang dari tendangan Ariel yang nyaris sempurna.  Pertahanan gawang pun runtuh dalam senyum terkulum ketika sebuah aksi individu Ariel yang menggila. Tempo permainan makin dipercepat. Pada jantung pertahanan Maya, dengan goyangan yang menyenangkan, hentakan sedikit ditahan menampakan kehati-hatian, tendangan dilesatkan tepat di mulut gawang. Luna menangkap penuh kemesrahan. Sekonyong tubuh Ariel mengejang dengan rubuh penuh kepuasan dan Luna maya jatuh terdtidur di atas rerumputan basah yang layu sambil mengerang bahagia.
Inilah arti sebuah permaian. Permainan yang penuh keindahan kalau dilihat dari perspektif estetis. Namun sangat disayangkan bahwa hampir sebagian suporter menganggap bahwa inilah aksi bintang yang sangat memalukan. Sebuah tontonan yang menjijikan, hina dan bahkan dosa. Mereka malah meneriakan tuduhan dan caci maki. Luna dan Ariel kini berada di sudut gelap. Hampir semua telunjuk menuding sambil mencemooh. Terlepas dari benar dan tidaknya, fakta dan rekayasanya, realita dan gosipnya, saya hanya coba mengajak kita untuk coba memandang semuanya dari perspektif yang lain. Misalnya dari perspektif seni. Seharusnya tidak ada bedanya antara Luna, Ariel dan Ronaldo. Mereka adalah sama-sama ‘bintang’ (titik perhatian). Mereka sama-sama menampilkan keindahan permainan. tak ada yang menjijikan dan dosa. Kalau Ronaldo mengggunakan kaki untuk menampilkan keindahan lantas kita berdecak kagum, Luna dan Ariel menggunakan perkelaminan untuk menunjukan kecantikan permainan seks dan romantisme. Saya hanya takut, sebagian suporter yang menuduh adalah suporter yang kesepian lantaran memendam keinginan untuk menjadi bagian dari permainan itu karena terbius aksi menakjubkan sampai mungkin bertanya dalam hatinya : “Mengapa Ariel/Luna dan bukan saya?”.
Memang pakaian sangat penting bagi yang memandang bokong adalah kotor, payu dara adalah dosa, kelangkang adalah neraka. Boleh jadi bahwa sebentar lagi seluruh badan dibalut selimut tebal karena takut kalau-kalau orang yang memandangnya merasa muak. Akhirnya saya sampai kepada kesimpulan :
1.    Berhentilah memandang seks sebagai sebuah kejahatan kalau memang dilakukan dengan kemauan dan penuh keindahan, badan adalah anugerah anggota-anggota tubuh adalah rahmat dan hadiah yang paling indah dari Sang Pencipta. Tuhan menciptakan dan memandang semua hasil ciptaannya baik adanya. Sebuah analogi bahwa kalau kaki tidak sekedar untuk berjalan tetapi juga untuk menendang bola dan sebagainya mengapa kelamin tak layak untuk tujuan keindahan, romantisme dan kepuasan/kebahagian?
2.    Ariel dan Maya seharusnya tidak berdosa. Ariel dan Maya menghargai pemberian dan anugerah Tuhan dengan memfungsikan anugerah itu. Dari anugerah Ariel dan Luna menunjukan tentang arti sebuiah romantisme dan keindahan. Bagi mereka naluri seks tak harus jadi mati oleh ketakutan. Naluri seks harus disyukuri dan disalurkan dengan keindahan permainan ranjang sejauh permainan itu adalah sebuah kesepakatan dalam menemukan kebahagian bersama sebab permainan seks yang dipaksakan adalah sebuah pemerkosaan dan jelas tidak memberi keindahan permainan.
3.    Ariel dan Maya tak harus disebut bersalah. Mereka tidak melanggar hukum karena memang mereka tak ingin dihukum. Kalau dituduh karena permainan seks, mengapa semua orang yang melakukannya tidak dihukum? Atau karena video porno, mengapa justru mereka yang dipersalahkan? Mereka tentu tak menginginkan privasinya menjadi tontonan. Harusnya siapa yang memulai menyebarkan video itulah yang ditangkap. Tetapi…………bagaimana pun kita mesti sudah lebih bijaksana. Pikiran kitalah yang harus diperbaiki. Usahakan menanggapi setiap hal secara positip. Luna dan Ariel tentunya tidak berniat mengajak kita untuk melakukan kejahatan seksual tetapi justru tanpa sengaja mengajak kita menikmati seks sebagai permainan yang mengasyikan, membahagiakan, menyenangkan dengan pasangan kita masing-masing dalam konteks saling mencintai

4 komentar: